Archive | March 2019

Zona Pertemanan

Aku ingat pertama kali melihatmu. Kau masuk kedalam hidupku tanpa permisi, berputar bagai gasing dalam fikiranku. Entah kau milik siapa, hatiku keras kepala.

Ceritakanlah tentang harimu. Berbincanglah sampai saah satu dari kita tertidur. Aku tidak akan bosan dengan semua yang kau ketik. Betapa sering aku menduga-duga, adakah kode yang tersirat dalam kolom chat kita ?

Aku tidak mau berdrama, tapi aku tidak bisa mengeluarkanmu dari kepalaku. Aku tergila-gila hingga tak tahi lagi berbuat apa. Ini semacam hasrat purba yang lebih tua dari manusia. Jika kau percaya akan “Jodoh”, mungkin ini adalah contohnya. Dan aku tidak berbicara perihal parasmu, atau apa yang engkau punya. Ada sesuatu tentangmu yang membuatku merasa baik-baik saja, entah apa.

Kau selalu membuat aku jujur mengenai segala hal, kecuali satu ; perasaanku. Andai saja aku mampu memberitahumu. Tapi aku terlalu takut akan reaksimu yang tidak sesuai dengan imajinasiku selama ini. Bukankah fiksi lebih meninabobokkan dibandingkan kenyataan ? Bukankah kita adalah dua orang yang terlanjur menikmati berkubang dalam zona pertemanan ? Tubuh kita berlumur harapan palsu. Tanganku menggapai-gapai mencari jalan keluar, sementara tanganmu mencegahku kemana-mana.

Tunggu sebentar. Izinkan aku keluar dari zona pertemanan kita untuk sejenak. Akan kutunjukkan padamu sebuah gerbang menuju dunia paralel. Mari ikuti aku kesana. Di dunia paralel, aku tidak perlu lagi repot-repot menyatakan apapun. Kau akan setuju untuk bersanding denganku tanpa perlu ada serentetan peristiwa yang membuat kira semakin pelik. Aku akan menjadi bumi untuk mentarimu, lirik untuk lagumu, hujan untuk bungamu.

Di dunia paralel, keadaannya akan jauh berbeda. Walau begitu, kau tahu aku akan tetap menjadi orang sama, yang merindukanmu dengan sederhana, mengejarmu dengan wajar, menyayangimu dengan luar biasa, dan menyakitimu dengan mustahil…

“Ada ketulusan yang selalu datang menyapamu setiap hari, Kaunya saja yang menolak untuk melihat dan lebih memilih untuk menetap kearah lain”

 

 

Dikutip dari Buku Garis Waktu – Fiersa Besari

“Kapan Menikah ?”

Saya bukan seorang penulis yang hebat yang mampu menggambarkan sebuah situasi secara detail hingga akhirnya pembaca mampu menangkap pesan yang Saya sampaikan. Saya hanya suka mencurahkan apa yang ingin saya sampaikan dengan harapan saya akan mengabadikan sebuah pemikiran hari ini untuk masa depan. Dengan menulis, saya mampu membuat setiap pemikiran maupun situasi yang saya alami akan menjadi bahan evaluasi saya dimasa depan. Pada bagian ini saya ingin menulis tentang sebuah pertanyaan yang tidak asing lagi ditelinga kita yaitu Kapan Menikah ?

Bagi kebanyakan orang yang masih Single atau yang belum menikah, pertanyaan “Kapan Menikah ?” adalah sebuah pertanyaan yang Horor yang wajib untuk dihindari. Pertanyaan itu biasanya sering muncul disaat ada acara keluarga, acara pernikahan, bahkan pada saat melayat di kedukaan, masih ada juga kerabat yang suka iseng membisikkan pertanyaan itu sekalipun momenNya kurang tepat. Jadi, jangan heran kalau jaman sekarang ketika ada acara keluarga tapi yang hadir hanya orang-orang yang sudah menikah sedangkan para kaum Single pasti akan membuat alasan untuk tidak hadir di acara tsb sekalipun acaranya dibuat pada saat weekend tapi ada-ada saja alasan yang muncul yang kadang tidak masuk akal seperti tiba-tiba sakit hehehehe

Pertanyaan itu seakan membuat efek trauma bagi para Single. Kenapa ? karena akan timbul kecemasan yang luar biasa ketika pertanyaan itu ditanyakan. Setiap jawaban yang disampaikan seakan-akan merupakan jawaban yang salah dan si penanya pun ingin mendapatkan jawaban yang pasti. Kepastian kapan kita menikah tidak dapat kita pastikan karena Jodoh, Rejeki dan Maut masih menjadi Rahasia dari Allah SWT. Kita sebagai manusia hanya bisa berencana, berusaha dan berdoa tapi Allah yang maha tahu apa yang kita butuhkan. Jadi satu-satunya cara yang aman yaitu menghindar dari pertanyaan tersebut…

Menikah bukanlah sesuatu yang dilombakan. Tidak ada kata terlambat untuk menikah hanya saja waktunya yang belum tepat dan kita belum dipertemukan dengan orang yang tepat. Dalam agama islam, menikah adalah sarana untuk beribadah. Dengan menikah, kita telah menyempurnakan sebagian dari agama kita. Pernikahan mempunyai tujuan yang Komprehensif, dimulai dari kepentingan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang serta tujuan yang sifatnya personal sampai pada tujuan pembentukan generasi yang unggul. Pernikahan adalah sebuah perjanjian yang suci dari manusia ke sesama manusia hingga dari manusia kepada sang pencipta.

Jadi, buat para Single janganlah merasa terbebani dengan pertanyaan-pertanyaan horor tersebut. jadikan itu sebagai motivasi kita untuk terus fokus memperbaiki diri dan jangan hanya bermimpi ingin mendapatkan pasangan yang baik tapi kita tidak berusaha untuk menjadi lebih baik karena janji dari Allah itu pasti yaitu Perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik…

 

CLR